Tidak lagi dipertanyakan tingkat kesalehannya. Selain mengantongi predikat sapaan ’Gus’ juga telah piawai dalam mengajarkan ilmu langit dan bumi. Perguruan tinggi dan beberapa padepokan juga tidak asing baginya. Bermodal dari sang ayah sebagai pengasuh padepokan, jaringan politik dan sosialnya tidak lagi tanpa sekat.
Suatu ketika, terpilihlah seorang kepada daerah dari kelas militer yang ditugasfungsikan di daerah santri ini. Untuk menggait konstituen politik dan massa dan organisasi sosial setempat, sang kepada daerah terkesan tidak cukup modal.
Terpilihlah anak petinggi padepokan itu menjadi wakil kepada daerah dari konsensus partai-partai besar yang dominan. Saat itulah, seraya, masyarakat mengadakan kenduri sebagai ekspresi syukur, layaknya menggelar tayuban sebagai ritus kesuburan. Masyarakat percaya dengan duet pasangan kepala daerah ini, dinamika keagamaan akan ramai, yang tidak ditemukan pada pejabat periode sebelumnya. Pasca dilantik, pejabat cukup rajin berkunjung di beberapa komunitas masjid dan tokoh-tokoh alim ulama beserta umaroknya.
Tidak lama kemudian, pascapenyusunan APBD dan progam kerja disahkan, berbondong-bondonglah proposal pengajuan sumbangan pembangunan masjid, sekolah agama, padepokan , dan beberapa kegiatan keagamaan. Konon ceritanya, sang pejabat tidak lagi menyibukkan diri pada program keagamaan, sang pejabat lebih suka dengan fasilitasi penjualan aset-aset tambang di beberapa komplek pegunungan bagian selatan daerah itu. Tentu saja pejabat yang mengurusi perihal beragam proposal sumbangan pembangunan masjid dan kegiatan keagamaan. Konon ceritanya, setiap kecamatan terberi sumbangan pembangunan masjid, baik yang sifatnya kelembagaan maupun pribadi dari pejabat.
Allih-alih membangun konstituen pada pilkada yang akan digelar pertama kali di daerah ini, sang pejabat seakan memprioritaskan agenda penggalangan massa melalui dana APBD. Pembelotan alokasi dana untuk pertanian dan kesejahteraan masyarakat dan beberapa pos dana penting yang awalnya untuk mewujudkan misi kelembagaan, telah diselingkuhkan dan menjadi berpihak pada diri pejabat. Karena belum ada yang berani memberikan kabar tabiat dan sepak politik pejabat, sehingga setiap peresmian projek pembangunan masjid, lembaga pendidikan, dan kegaiatan keagamaan, sang pejabat tidak pernah absen sebagai penceramah tunggal di jamaah pengikut.
Kian hari nama besar keluarga padepokan dan nama besar anak kyai ini kian menjulang tinggi. Masyarakat pengikutnya selalu mengelu-elukan nama besar dan kesalehannya. Pengakuan dan penghormatan layaknya orang paling suci yang telah ditambatkan pada dirinya. Bukan hanya bangunan fisik, sampai dengan pesangon para guru ngaji di masjid juga telah dirambahnya. Waktu pilkada mulai digelar, aktivitas saling membeberkan aroma bangkai pada setiap calon semakin mencuat. Pada akhirnya pasangan calon itu tidak menjadi pilihan rakyat lagi. Singkat perjalanan karir politik yang semakin buram, mantan pejabat yang sama-sama mencalonkan diri telah gagal merenggut hati rakyat. Dicebloskanlah di sel penjara setelah diputuskan dari pihak pengadilan setempat, bahwa mereka melakukan korupsi saat masa menjabatnya. Cahaya ketaatan dan kesalehan sebagai anak pengasuh padepokan saat ini kian meredup, apalagi pasca sang kyai meninggal dunia.