Pembangunan, Kesehatan, dan Rekayasa Edukasi

Pembangunan, Kesehatan, dan Rekayasa Edukasi

Pembangunan, Kesehatan, dan Rekayasa Edukasi:
Sebuah Gagasan untuk Mengenalkan Sejak Dini pada Anak Akan Bahaya Polutan 
Oleh. Suhadi Rembang

PENDAHULUAN
“Setiap hari, penyakit dan kematian merangsang amarah kami. Kami marah bukan karena ada yang sakit atau mati. Kami marah karena banyak sekali penyakit dan kematian yang berakar dari kebijakan sosial dan ekonomi yang dipaksakan pada kami.” 
Diatas merupakan cuplikan dari keresahan masyarakat dunia, termasuk Indonesia yang terdapat pada Rumusan Piagam Rakyat Untuk Kesehatan beberapa waktu yang lalu. Memang kesehatan bukanlah salah satu masalah yang lepas begitu saja dalam kehidupan  realitas masyarakat kontemporer saat ini. Masalah kesehatan telah menjadi masalah sosial, ekonomi dan politik dan merupakan hak asazi manusia yang paling penting. Paradigama lama menyebutkan kesehatan hanya didominasi oleh faktor nasib, namun saat ini tidak, faktor kesenjangan, kemiskinan, eksploitasi, kekerasan dan ketidakadilan merupakan sumber penyakit dan kematian di antara orang-orang yang miskin dan termarginalkan. Bila ingin mengusahakan kesehatan bagi semua orang (health for all), maka antara pembangunan, kesehatan dan corak pendidikan harus kita renungkan ulang.

Pembangunan

Pertumbuhan yang cepat di bidang industri manufaktur dan jasa telah memberikan konsekuensi pada peningkatan produktivitas dan pendapatan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal inilah kemudian menarik tenaga kerja pertanian beserta keluarganya untuk bekerja di sektor non-pertanian, sehingga banyak keluarga yang bermigrasi ke perkotaan, dengan sektor non-pertanian yang lebih menjanjikan.
Keluarga yang bermigrasi ke perkotaan atau daerah industri diduga akan mengalami beberapa perubahan (transisi), diantaranya dalam struktur keluarga, fungsi dan peranan anggota keluarga, serta lingkungan. Dalam keadaan transisi tersebut, keluarga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara lebih baik agar bisa menjalankan semua fungsinya, temasuk fungsi dalam menumbuh-kembangkan anak agar menjadi manusia yang bermutu. Memang dengan meningkatkan kapasitas ekonomi akan berpengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat, karena dengan tingginya pendapatan, masayarakat dapat menjangkau biaya kesehatan yang dibutuhkan. Namun kenyataannya kesehatan telah menjadi barang mahal, karena aspek kesehatan diswatanisasikan seperti layaknya perseroan.
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualtias, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan gizi dapat merusak bangsa. Namun kadangkala dengan dalih meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam bumi ini dikuras habis dengan sangat cepat. Merusak lingkungan hidup yang terjadi mengganggu kesehatan semua orang, terutama orang-orang miskin.
Pencemaran air dan udara, perubahan iklim yang begitu cepat, penipisan lapisan ozon, penggunaan dan limbah nuklir, zat-zat kimiawi beracun dan pestisida/bahan polutan lain, berkurangnya keanegaragaman hayati, penggundulan hutan dan erosi tanah memiliki dampak yang begitu besar terhadap kesehatan masyarakat. Penyebab utama dari pengrusakan ini mencakup eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkesinambungan, tidak adanya visi holistik jangka panjang, dan penyebaran perilaku yang individualistis dan memaksimalkan keuntungan, serta konsumsi yang berlebihan oleh orang-orang kaya.
Eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup telah menyebabkan semakin memburuknya kualitas lingkungan karena tidak konsistennya pelaksanaan manajeman lingkungan hidup, sumber daya alam, dan agraria khususya dalam masalah pengawasan dan pengembangan mekanisme dan kelembagaannya.
Kesehatan

Para ahli sepakat bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Misalnya faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, perkembangan pendidikan, dan lain-lain. Pada beberapa dasawarsa belakangan ini, perubahan ekonomi di seluruh dunia telah mempengaruhi kesehatan manusia dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maupun pelayanan sosial lainnya. Sekalipun taraf kemakmuran dunia telah meningkat hingga taraf yang belum pernah tercapai sebelumnya, kemiskinan dan kelaparan semakin meningkat. Kesenjangan antara negara kaya dan miskin, demikian pula antar kelompok-kelompok dalam suatu negara: antar golongan, antara laki-laki dan perempuan, serta antara tua muda.
Sebagai bahan cerminan, beberapa hasil kajian dewasa ini (Atmarita, 2004;21) secara umum menunjukkan bahwa masalah gizi dan kesehatan masyarakat masih cukup dominan. Dari indikator kesehatan, walaupun terjadi peningkatan status kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, dan menurunnya angka kematian bayi dan balita, akan tetapi masih tercatat sekitar 24% kabupaten/kota dengan angka kematian bayi >50 per 1000 lahir hidup. Penyebab kematian memasuki tahun 2000 masih didominasi penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit sirkulasi dan pernafasan. Masih rendahnya status kesehatan ini antara lain disebabkan karena faktor lingkungan atau tercemarnya lingkungan air dan udara.
Disamping itu, faktor perilaku juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit kronis, seperti jantung, kanker, dan lain-lain. Tingginya angka kematian ini juga dampak dari kekurangan gizi pada penduduk. Mulai dari bayi dilahirkan, masalahnya sudah mulai muncul, yaitu dengan banyaknya bayi lahir dengan berat badan rencah (BBLR<2.5 Kg). Masalah ini berlanjut dengan tingginya masalah gizi kurang pada balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai dengan usia lanjut. Hasil kajian lain yang tidak kalah pentingnya adalah semakin jelasnya fenomena “double burden” yang menimpa penduduk Indonesia terutama di wilayah perkotaan, ditandai dengan semakin meningkatnya masalah gizi lebih, serta meningkatnya proporsi ibu dengan gizi lebih yang mempunyai anak pendek atau kurus (Suprihatin, 2007;39).
Berdasar Susenas tahun 2005, konsumsi kalori rata-rata penduduk 1.985 kkal dan 54,4 gram protein. Meski angka ini mendekati sasaran yang ditetapkan pemerintah, namun ketidakseimbangan di beberapa wilayah masih terjadi karena banyak penduduk mengonsumsi kurang dari 70 persen dari kecukupan gizi yang dianjurkan. Ini mengindikasikan, isu ketahanan pangan masih perlu diwaspadai. Pada tahun 1997, WHO Expert Consultation on Obesity memperingatkan tentang meningkatnya masalah kegemukan dan obesitas di berbagai belahan dunia. Jika tidak ada tindakan untuk mengatasi masalah pandemik ini, jutaan manusia di negara maju maupun berkembang akan menghadapi risiko noncommunicable diseases (NCDs) seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke. (Kompas Sabtu, 18 Februari 2006).
Pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan jiwa, belum diberikan secara optimal dan merata, terutama yang berkaitan dengan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi perempuan, penanganan krisis gizi, dan berjangkitnya penyakit menular, terutama di daerah pengungsian, daerah konflik, dan daerah yang mengalami bencana alam.

PEMBAHASAN
Pembangunan & Pencemaran Lingkungan
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator keberhasilan suatu pembangunan seringkali digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia, sehingga semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula taraf hidup manusia. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi yang pada gilirannya akan mengurangi ketersediaan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang tersimpan pada sumberdaya alam yang ada. Jadi semakin menggebunya pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat berarti semakin banyak barang sumberdaya yang diambil dari dalam bumi dan akan semakin sedikitlah jumlah persediaan sumberdaya alam tersebut. Disamping itu pula pembangunan ekonomi yang cepat dibarengi dengan pembangunan instalasi-instalasi pengolah maka akan tercipta pula pencemaran yang merusak sumberdaya alam dan juga manusia itu sendiri.




Gambar. Kegiatan Ekonomi di dalam Lingkungan Hidup (Modifikasi dari bahan kuliah Perencanaan Lingkungan Emil Salim, 1997)

Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa demi mempertahankan atau mempertinggi taraf hidup suatu bangsa. Peningkatan produksi barang dan jasa akan menuntut lebih banyak produksi barang sumberdaya alam yang harus digali atau diambil dari persediaannya. Sebagai akibatnya sumberdaya alam menjadi semakin menipis, disamping itu pencemaran lingkungan semakin meningkat pula dengan semakin lajunya pertumbuhan ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi akan terjadi pula dua macam akibat yaitu di satu pihak memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia berupa semakin tersediannya barang dan jasa dalam perekonomian, dilain sisi terdapat dampak negatif bagi kehidupan manusia yang berupa pencemaran dan menipisnya persediaan sumberdaya alam.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkanya. Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Pencemaran dan perusakan lingkungan menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan dan kurang nyamannya kehidupan dan bahkan bisa mengancam kehidupan manusia.

Gambar. Hubungan antara Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Barang
dan Jasa, Sumberdaya alam dan Lingkungan

Akibat interaksi ini maka bentuk lingkungan yang paling menderita adalah lingkungan alam (ecosystem), dimana ekosistem ini terbagi atas 2 bagian yaitu ekosistem terrestrial (darat) dan ekosistem aquatik (lautan). Ekosistem darat dimana didalamnya terdapat sumberdaya alam air, tanah dan udara sedangkan ekosistem aquatik adalah sumberdaya alam di lautan. Sumberdaya alam ini adalah bahan baku penting bagi kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan sumberdaya alam ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari ekosistem (darat & laut) di dalam lingkungan hidup ini. Beberapa skema kegiatan besar yang digambarkan di bawah ini, dimana setiap kegiatan/usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidup selalu dan pasti menggunakan sumberdaya alam dan pada setiap prosesnya menghasilkan limbah yang memiliki potensi merusak lingkungan.




Gambar. Kegiatan Pertanian dan Lingkungan

Gambar. Kegiatan Penambangan, dan Lingkungan

Bahaya Polutan Pada Manusia & Lingkungan

Hidup di era globalisasi saat ini, tanpa kita sadari kita hidup dikelilingi oleh bahan berbahaya dan beracun. Betapa tidak, lihat saja pekatnya udara di daerah perkotaan, kawasan industi, jalan raya yang tidak layak di hirup. Ribuan racikan makanan instan dan obat-obatan yang selalu kita konsumsi telah menjadikan tubuh kita sebagai tempat sampah bahan kimia. Penggunaan bahan pestisida yang semakin meningkatkan kebalnya serangga dan sejenis hama tanaman lainnya. Maraknya program transgenik bioteknologi yang memicu mutagenik yang membahayakan, serta masih banyak kasus yang menguatkan bahwa kita telah berinteraksi dengan bahan berbahaya dan beracun dalam kesehariannya.
Selain pengetahuan yang minim akan bagaimana perperilaku dengan bahan berbahaya dan beracun, pemilik industri/perusahaan dan masyarakat dan anak-anak sebagai generasi penerus tampaknya masih memiliki kesadaran rendah dalam hidup bersih dari kontaminasi bahan berbahaya dan beracun. Sehingga sikap pasrah dan mengembalikan semuanya pada takdir Tuhan sebagai jawaban, agar alam sekitar jauh dari mara bahaya dari bahan beracun yang mematikan. Untuk itu kita perlu banyak belajar tentang bahan berbahaya dan beracun yang tidak dapat dihindari saat ini.
Kita prihatin melihat realitas sosial saat ini yang sedang menimpa pada dunia pendidikan anak bangsa ini sebagai salah satu dampak dari proses pembangunan yang tidak holistik. Seperti yang dilangsir oleh salah satu media beberapa waktu lalu, terdapat anak usia sekolah aktif melakukan aksi bunuh diri.

Data Siswa Bunuh Diri

Sumber. Data Media Indonesia 22 Mei 2005 (Dari berbagai sumber)

Selanjutnya dapat kita lihat contoh perilaku dan pola hidup anak usia sekolah yang mengkonsumsi bahan-bahan berbahaya di bawah ini.

Sumber: Sumber. Depkes 2001

Berdasarkan data di atas, sebagian besar perokok mulai merokok ketika mereka masih anak-anak atau remaja. Anak-anak pada umumnya tidak membuat pilihan berdasarkan pengetahuan yang benar (informed choices).  Kira-kira 70% perokok Indonesia mulai merokok ketika mereka berumur 19 tahun. Anak dan remaja tidak memiliki kemampuan untuk menilai resiko kesehatan akibat rokok dan sifat nikotin yang sangat adiktif.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari limbah aktivitas pembangunan diruang industri, selanjutnya akan menciptakan bahaya pada kesehatan manusia, dan mahluk hidup disekitarnya, yaitu dengan memunculkan berbagai penyakit. Salah satu contoh saja bahaya limbah/sampah yang sering menyebabkan penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum (Kuncoko, 2007;23). Masih dalam kuncoko, selain mengancam kesehatan dan nyawa manusia, sampah juga membahayakan keseimbangan lingkungan. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai, misalnya, akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan kemudian akan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap. Hal ini kemudian mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air yang akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, dari bau yang dihasilkan tidak sedap serta pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
Perilaku pembuangan sampah padat ke medium air juga dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. Termasuk infrastruktur lainnya juga dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. Dan masih banyak jenis polutan yang membahayakan anak dan lingkungannya.

Rekayasa Pendidikan untuk Mengenalkan Sejak Dini pada Anak akan Bahaya Polutan
Setelah mengurai beberapa keterhubungan antara pembangunan dan kesehatan, pada bagian ini akan difokuskan pada sebuah permodelan rekayasan penyampaian pesan pada anak sedini mungkin akan bahaya polutan hasil dari proses pembangunan.
Rekayasa edukasi yang dimaksud yaitu melakukan berbagai macam cara yang bertujuan untuk mendekatkan anak pada pengetahuan tentang beragam jenis polutan. Salah satu model yang dapat dilakukan dalam merancang program di atas yaitu melakukan hal-hal sebagai berikut; menyiapkan materi polutan, mengintegrasikan pada kurikulum   berjenjang (formal, non-formal dan informal),  memvisualisasikan materi, menyiapkan fasilitator, menggalang kerjasama dengan berbagai lembaga sosial dan media massa, dan merealisasikan program partisipatif. 
Dalam hal menyiapkan materi polutan, yang dapat dilakukan diantaranya; menyusun ragam seluk beluk polutan, bahaya polutan dalam kelangsungan hidup, dan model pengendalian diri. Salah satu contoh dalam menyiapkan materi, misalnya tentang pencemaran udara. Hal-hal yang dapat dieksplorasi didalamnya yaitu; Udara dan lingkungan, pencemaran udara, air pollution index (api), pencemaran udara dalam ruang , peralatan tanggap darurat kualitas udara di industri, dan kepedulian akan udara yang sehat (Kuncoko, 2007; iv).
Mengintegrasikan pada kurikulum berjenjang, baik formal, non-formal dan informal, merupakan langkah selanjutnya. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan materi pada pelajaran di sekolah dan memilih tematik materi polutan dalam pengayaan pada suatu lembaga pendidikan yang ada. Selanjutnya adalah memvisualisasikan materi. Jenis viualisasi tidak terpatok pada wujudnya, namun didalam media visual itu dapat membunyikan pesan utama. Jenis media dapat dalam bentuk poster, buku saku, laboratorium polutan, aneka bahan dan alat peraga, dan bentuk jenis lainnya. Kemudian langkah berikutnya yaitu menyiapkan fasilitator. Fasilitator merupakan subjek yang menjembatani wawasan dan pengetahuan tentang bahan-bahan berbahaya. Untuk menyiapkan fasilitator di atas dapat dengan cara melakukan pelatihan atau semiloka.
Mengenalkan sejak dini pada anak akan bahaya polutan dapat dilakukan dimana saja, termasuk di lembaga-lembaga sosial dan media massa. Untuk itu perlu menggalang kerjasama dengan berbagai lembaga sosial dan media massa. Jenis lembaga yang diikutsetakan dapat dalam bentuk lembaga pendidikan formal, non-formal dan informal, lembaga di tingkat masyarakat (social dan pemerintahan) dan lembaga penerbitan dan penyiaran. Kemudian merealisasikan program partisipatif baik dalam konteks partisipasi lintas usia maupun partisipasi lintas profesi.
Model di atas hanya akan efektif apabila diintegrasikan ke dalam kampanye yang menyeluruh. Misalnya dalam pendidikan kesehatan di sekolah harus masuk dalam sebuah program komprehensif yang sekaligus memberikan lingkungan eksternal yang mendukung.

PENUTUP
Dewasa ini kita seakan latah dalam memahami pembangunan. Dengan dalih untuk kemakmuran, perilaku eksploitasi sumber daya alam, guna mencukupi kebutuhan yang instan, dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhitungkan stok di hari kemudian. Kemudian yang terjadi adalah terciptanya perilaku konsumerisme yang membabi buta, yang dijembatani dengan mass media, teknologi, modal dan pasar. Dengan perilaku ekonomi yang sedemikian padat, mulai dari bidang produksi, distribusi dan konsumsi, yang tak dapat dielakkan, muncul permasalahan yaitu melimpahruahnya bahan-bahan polutan dan radikal bebas yang mengancam kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah. Sehingga perlu dilakukan langkah permodelan dalam dan untuk mengenalkan sejak dini pada anak akan bahaya polutan.

RUJUKAN TULISAN

Piagam Rakyat Untuk Kesehatan. Dalam www.phmovement.org/doc/charter/phm-pch-indonesian.doc. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2007.
Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah disajikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta 17-19 Mei 2004.
Shaleh, Idris. 2007. Pendidikan Berbasis Lingkungan. Dalam http://tabloid_info .sumenep. go.id/index.php?option=com_ content&task=view&id=5 08&Itemid=27. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2007.
Depkes. 2001. Profil Kesehatan Indonesia. Dalam bankdata.depkes.go.id/.../ Profil% 20Kesehatan% 20Indonesia%202001%20-%20Bab%201.doc. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2007.
Bab  IV Bidang Kesejahteraan Rakyat. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2007.
Maret 2004 Bab 6 Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2007.
Suprihatin dkk. 2007. Transisi Keluarga, Konsumsi Pangan dan Gizi, dan Perkembangan/ Kecerdasan Anak. Hibah Bersaing II. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Tim. 2007.  Selamatkan Ibu dan Anak Dari Kematian Dengan Pola Hidup Berkualitas. Makalah Pidato: Pucuk Pimpinan Fatayat  NU Dalam Rangka Harlah Fatayat NU Ke-57. Jakarta. 24 April 1950 - 24 April 2007.
Salim, Emil. 2001. Akselerasi Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Sulut. Makalah Seminar Diselenggarakan oleh FMIPA-UKIT Tomohon, Hotel Kawanua. Tomohon, April 2001
Kuncoko, Haryo. 2007. Penimbulan & Manajemen Bahan Berbahaya Beracun (Hazardous Waste). Jakarta. Indoshetech Press
Kuncoko, Haryo. 2007. Udara Libgkungan dan Pengontrolan Kualitasnya. Jakarta. Indoshetech Press
Media Indonesia 22 Mei 2005
Kompas Sabtu, 18 Februari 2006

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama