Karya Tulis Ilmiah, Pembelajaran Kontekstual, dan Motivasi Belajar: Konsep Pembelajaran Mutakhir di Kelas

Karya Tulis Ilmiah, Pembelajaran Kontekstual, dan Motivasi Belajar: Konsep Pembelajaran Mutakhir di Kelas

-->

Mengapa bangsa Indonesia masih kesulitan dalam mengembangkan budaya tulis menulis. Minimnya motivasi menulis ini dikarenakan tidak ada tradisi tulis yang kuat. Tradisi kita lebih banyak mengadopsi tradisi lisan. Pola murid yang mengikuti apa yang diarahkan guru, hanya sebatas mendengarkan dan menghafal materi. Pengembangkan sistem pendidikan yang tidak dialogis, telah membangun pola minimnya penulisan buku teks di banyak perguruan tinggi saat ini. Kondisi di atas menyebabkan kurva kualitas akademik bangsa kita cenderung lamban. Kegiatan akademik di lingkungan lembaga pendidikan dan masyarakat tidak mendalam. Cara berfikir ilmiah seperti alur pengeksplorasian masalah, pembacaan setting masalah, penajaman analisis, sampai pada tingkat pengambilan kesimpulan tidak memiliki keterpaduan. Hal ini jelas menumbuhsuburkan pola pandang yang tidak sehat. Analisa tajam dengan alur eksplanatif, diskutif, interpretatif, dan implikatif pada suatu masalah sering mandul. Dengan demikian cenderung setiap manusia Indonesia tidak optimal dalam memberikan sumbangsihnya tentang peran ilmu pengetahuan dalam memajukan bangsa. Untuk itu perlu dilakukan racikan model pembelajaran mutakhir dan kekinian, agar kontribusi pemikiran melalui ilmu pengetahuan anak bangsa dalam pembangunan akan lebih nyata. Berdasarkan latar belakang di atas, dalam artikel ini akan disuguhkan konsep pembelajaran kekinian dengan pendekatan kekinian (kontekstual) yang dibingkai dengan semangat nilai hidup yang bermakna (motivasi belajar). Karya tulis dalam artikel ini mendapatkan ruang utama dalam menopang kualitas anak didik di kelas.

Mengapa karya tulis ilmiah. Pada saat ini terdapat kecenderungan kebutuhan kekinian pada pelajar dan mahasiswa. Kebutuhan tersebut adalah anak didik mampu menunjukkan kreativitas menuliskan dalam bentuk usulan program edukatif keilmuan. Kedua adalah anak didik mampu melakukan komunikasi lintas budaya untuk mempresentasikan usulan program edukasi keilmuan. Mulai pada jenjang sekolah menengah pertama, jenjang sekolah menegah atas, sampai pada bangku perguruan tinggi, siswa-siswi dan para mahasiswa yang berkualitas adalah mereka yang mampu memproyeksikan kegundahan keilmuannya dalam bentuk tulisan yang kemudian ditindaklanjuti dengan penelitian. Dengan proses penelitian inilah ditemukan alternatif-alternatif solusi untuk menjawab masalah yang diusung. Penemuan-penemuan yang selalu di nanti untuk menjawab masalah pada masyarakat global selalu mendapatkan tingkat apresiasi utama dan ditempatkan pada ruang khusus. Anak bangsa yang mampu memposisikan dirinya seperti di atas selalu mendapatkan apresiasi positif oleh masyarakat biasanya mampu pula melakukan komunikasi lintas budaya. Kemampuan berbahasa internasional menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan tulisannya di lintasan global.

Beberapa sekolah pada saat ini ada kecenderungan mencanangkan ragam program unggulan. Mendorong anak didiknya dan pendidiknya untuk ikut serta dalam olimpiade berbagai disiplin ilmu di tingkat dunia menjadi cambuknya. Olimpiade ilmu pengeahuan di bidang eksak, ilmu sosial, sastra dan ragam penemuan teknologi tepat guna di tingkat dunia telah menjadi visi dari beberapa sekolah unggulan. Dinamika keilimiahan yang semakin dinamis dan ramai inilah yang akan diapresiasi oleh masyarakat dunia. Kedepan pola pembelajaran yang monoton dan tradisonal pada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tidak lagi mendapatkan ruang. Konsep pembelajaran yang mampu mengantarkan anak didik dan mahasiwa lah yang akan berkembang dan tidak terlindas dan hengkang oleh zaman.

Karya tulis ilmiah merupakan strategi implementasi konsep pembelajaran mutakhir di kelas sebagai paduan konsep pembelajaran kontekstual dan motivasi belajar.  Konsep pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menuntut suatu kreativitas dan produktivitas siswa di bidang ilmu pengetahuan. Dalam menumbuhkan kreativitas dan produktivitas unggulan, diperlukan motivasi belajar yang handal, hadap masalah dan kebutuhan kekinian di dunia akdemik. Karya tulis di sini hanyalah salah satu strategi untuk implementasi model, agar tercipta partisipasi pembelajaran yang integralistik. Guru sebagai fasilitasi pembelajaran, anak didik sebagai pelaku aktif pendidikan, masyarakat sebagai pendamping pembelajaran, dan lembaga sekolah sebagai pihak dalam menindaklanjuti dan mengantarkan capaian potensi anak didik. Sehingga dapat dikatakan karya tulis tingkat merupakan strategi untuk menjembatani para anak didik, guru, dan penyelenggara proses pembelajaran mampu mencapai luaran program akademik yang bermutu, berkualitas dan hadap masalah kekinian.

Model integrasi kurikulum pada penyelengara pendidikan semakin diminati oleh masyarakat pembelajar. Pola pandang yang tidak berdiri sendiri dan mampu mengkomunikasikan sumber daya, peluang, serta strategi semakin tumbuh berkembang dan diminati masyarakat pembelajar. Dalam dialog membangun peradaban, ilmu tidak lagi arogan berdiri sendiri. Dalam membangun peradaban seperti dengan basis industri dan pertanian misalnya, kolaborasi ragam ilmu pasti, ilmu sosial, sastra, dan seni telah memberi jabawan untuk merancang kekuatan teknologi sosial yang lebih handal dalam membeikan impian dalam membangun peradaban. Sehinga dialog yang bingkai dengan silang kurikulum dalam masyarakat pembelajar menjadi kebutuhan mendesak. Dalam dialog ilmu sosial misalnya, disiplin ilmu sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, dan politik akan memberi nuansa yang lebih hidup, ketimbang dialog satu disiplin ilmu yang tidak kontekstual.

Keterlibatan masyarakat pembelajar pada era masa kini semakin di butuhkan. Segenap anak didik, fasilitator pembelajaran (guru/dosen/tokoh masyarakat), pemerhati, peneliti, penyelenggara pendidikan, wali muri, masyarakat, pihak swasta, dan pemangku kepentingan, semakin dinanti kolaborasi dalam menumbuhkan model partisipasi pembangunan peradaban.

Siswa menghasilkan karya tulis bidang keilmuan masing-masing. Karya tulis dapat ditindaklanjuti dengan mengikutsertakan dalam perlombaan karya tulis di tingkat nasional dan internasional. Guru menghasilkan karya penelitian mandiri pada mata pelajaran yang dibidani. Karya penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan mengikusertakan hasil penelitiannya ke jurnal ilmiah terakreditasi tingkat nasional dan internasional. Karya penelitian guru ini dapat dilanjutkan dengan penelitian dalam bentuk implementasi modelling atau penelitian lanjutan. Pihak lembaga pendidikan dapat memetakan siswa siswinya yang memiliki keunggulan untuk dilombakan ditingkat nasional dan internasional. Pihak peneliti dari perguruan tinggi akan mendapatkan ruang seluas-luasnya dalam menyebarluaskan konsep keilmuan yang unik dan berkualitas.

Mengembangkan konsep pembelajaran dengan model karya tulis ilmian akan terwujud jika di topang dengan pemberdayaan potensi dan meminimalisir kendala yang ada. Dukungan kelembagaan pembelajaran, dukungan kebijakan lembaga, dukungan sumber daya fasilitator, dukungan orang tua dan masyarakat, dukungan sarana dan prasarana keilmiahan, dan dukungan nuansa akademik akan menjadi kebutuhan mendasar dalam mencanangkan pembeajaran berbasis karya tulis. Dukungan kelembagaan seperti kelembagaan yang memiliki semangat visioner selalu unggul prestasi, struktur keilmiahan yang kuat, terdapat komunitas ilmiah di tingkat guru dan siswa, keterbuaan lembaga sebagai pusat studi/riset merupakan beberapa karakteristik kelembagaan yang siap mengapresiasikan konsep permbelajaran karya tulis ilmiah. Begitu hanya di bidang dukungan kebijakan, kondisi seperti tersedianya anggaran, dan perekrutan sumber daya pendamping juga menjadi prasyarat  mengimplementasikan model di atas. Dukungan sarana dan prasarana keilmiahan yang mampu menjadi jembatan komunikasi keilmiahan global seperti tersedianya perpustakaan, internet, mass media, dan juga jurnal publikasi penelitian. Tentunya hadirnya lingkungan akademik seperti perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta juga selalu dinanti dalam menyumbangkan partisipasi keilmiahan. Namun potensi ini akan semakin tenggelam untuk dihadapkan, jika kendala struktural, phak pelaksana, sswa, dan masyaarakat masih berkubang pada pola-pola keseharian yang jauh dari keberpihakan penghidupan karya tulis yang kontekstual dan motivasi belajar dalam lingkup dinamika di ruang kelas yang lebih sempit. Selamat membangun peradaban, terimakasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama