Ana Aminatul Aliyah, Mantan Pimred Majalah Wahana

Ana Aminatul Aliyah, Mantan Pimred Majalah Wahana




Sayang ketika mendengar majalah wahana smapa vacum beberapa edisi.
Pengen cerita aja nih buat temen-temen generasi majalah wahana smapa.
Jujur, rugi banget kalo kalian nggak ngerasain gimana rasanya jadi tim redaksi.

Ana Aminatul A, mantan Pimred Wahana SMAPA (Foto; Koleksi FB Ana, 2015)
Cerita awal saya mengikuti majalah wahana smapa ya, pertama mengikuti ekstrakurikuler majalah dinding (mading) kelas X tahun 2010. Pada era saya, Tim Redaksi Majalah Wahana Smapa diambil dari anggota Ekstrakurikuler Mading tersebut (entahlah sekarang kaya gimana saya kurang paham haha). Disaat kepengurusan dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2010-2011 (kalo nggak salah), saya dipercaya dan diamanahi oleh pembina mading Ibu Nur Hayati dan Ibu Farida (almh) serta teman-teman ekstra mading untuk menjadi ketua mading sekaligus pimpinan redaksi majalah. Di saat itulah awal perjalanan saya di dunia jurnalistik.
Awalnya saya merasa kurang percaya dengan kemampuan diri saya sendiri yang masih kelas X sudah diamanahi menjadi ketua untuk memimpin teman-teman yang tidak hanya satu angkatan melainkan ada kakak tingkat. Seiring dengan berjalannya waktu, mental menjadi provokator pun hadir dalam diri ini. Kelas XI pun masih dipercaya untuk menjadi pimpinan redaksi.

Menjadi pimpinan redaksi itu gampang-gampang susah. Harusnya sih gampang, tinggal ngeordinir teman-teman yang lainnya terus ngawasin gitu. Tapi susahnya, harus bisa tanggung jawab sih, hehe.
Lah, gampangnya itu yang tanda kutip ngeordinir teman-teman. Itu malah susahnya minta ampun. Teman-teman yang datang cuma itu-itu terus, yang kerja juga cuma itu-itu aja. Lha ini gimana mau bagi kerja merata kalo yang dapat bagian nggak pernah datang. Nggak datang sih nggak apa-apa tapi tugasnya dikerjain, lah ini udah nggak dateng, tugasnya nggak dikerjain lagi. Duuh,tepok jidat.
Satu lagi nih, tim redaksi yang keren, tim redaksi nggak punya laptop! duhh terus mau ngerjain dimana tuh majalah. Eits, nggak kalah kreatif dong, memanfaatkan fasilitas sekolah yaitu laboratorium komputer. Biarlah walaupun seharian lembur di lab yang ber-AC sampai-sampai masuk angin nggak masuk sekolah 2 hari hahaha.

Nggak hanya itu, flashdisk aja nggak punya bro. Flashdisk hadir ketika kata “aku pinjam flashdisknya dong” mengiringi. Akhirnya, Pak Cahyo yang baik hati membelikan kami flashdisk. Flashdisk Toshiba 4 GB warna hitam *ups masih di saya hingga sekarang ini, sengaja sih hahaha. Udah dibeliin flashdisk baru, eh rusak gara CPU lab eror. Duhh, untung garansi masih ada, jadi bisa diganti. Tapi itu bukan masalah urgentnya, masalah yang sangat penting itu isinya! Arggghhh, isi majalah hilang semua. Lembur deh ngulangi ngetik, itu tuh yang buat saya masuk angin juga terus nggak masuk sekolah.

Namanya juga majalah wahana smapa ya, isinya segala sesuatu yang ada di smapa. Pengennya isi dari majalah sih dari teman-teman semua. Jadi, majalah tersebut sebagai fasilitas/wadah teman-teman untuk menuangkan segala bentuk kekreatifitasan menulis dan lain-lain. Biar hasil karya itu dari teman-teman. Kan keren namanya bisa masuk majalah, penulis artikel lagi. Tapi sayangnya, mungkin teman-teman kurang tertarik dengan hal semacam itu. 

Tahu nggak, semakin teman-teman nggak mengirimkan hasil karyanya ke majalah, semakin frustasi tim redaksi majalah. Gimana nggak coba, udah masang pengumuman “BAGI TEMAN-TEMAN YANG HASIL KARYANYA INGIN DIMASUKKAN KE MAJALAH BISA DIKIRIM KE EMAIL##/FB##/BISA MENGHUBUNGI NO ###. SAAT INI KALIAN BISA MENGIRIMKAN: ARTIKEL, CERPEN, SALAM-SALAM BLA BLA BLA”, udah tak kasih tanda tangan, tak tempel depan kelas dekat pintu, hasilnya 0,9% yang mau mengirimkan. Frustasinya itu juga, kami bingung broo isi apa yang harus dimasukkan ke dalam majalah, hasil karya teman-teman aja suedikuit suekalii, huhuhuuu. Alhasil, biar terlihat isi majalahnya hasil karya teman-teman, ada tulisan nama dari karyanya kami punya akal buat ambil isi majalah di mading hahaha. Jadi, ada puisi atau cerpen yang ada di mading yang isinya sekiranya bagus kami masukkan hahaha. Nyomot sana nyomot sini, nggak ketinggalan juga hasil karya dari google, duhh.

Kekonyolan-kekonyolan itulah poin kendala saat saya menggeluti di dunia permajalahan (alay haha). Pertama, jiwa organisasi masa sekolah SMA belum tertanam, dimana organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kata “bekerja sama” yang sangat kurang sekali pada anak SMA. Belum punya visi misi yang sama antar anggota. Jika jiwa organisasi itu sudah tertanam ke semua anggota, halangan-halangan yang dihadapi bisa dilewati dengan adanya kebersamaan itu. Adanya pembagian kerja yang jelas. Melakukan pekerjaan sesuai jobnya masing-masing, pimpinan redaksi harus ngapain, reporter harus ngapain, editor harus ngapain, dan lain-lain. Jaga koordinasi juga penting.

Kedua, sarana dan prasarana yang kurang. Standarnya, jika ada majalah, ada juga ruang dan peralatan (komputer, flashdisk, kamera, dan sebagainya) untuk pembuatan majalah. Tapi tak apalah jika nggak ada, kita harus kreatif memanfaatkan segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan.
Ketiga, kurang tertariknya teman-teman dengan adanya majalah wahana smapa. Untuk mencapai keberhasilan memprovokatori teman-teman untuk tertarik dengan adanya majalah, tidak hanya dilakukan oleh tim redaksi saja, namun ikut peran serta dari guru (pembina) sangat bermanfaat untuk hal provokasi. Dengan dorongn motivasi dari guru (pembina) juga salah satu faktor keberhasilan adanya majalah wahana smapa. Serta guru (pembina) juga salah satu penyemangat bagi tim redaksi.

Keempat, kelalaian tim redaksi lupa meliput event-event yang ada di smapa, membuat bingung tim redaksi sendiri disaat memuat isi majalah.

Sebenarnya masih banyak lagi cerita-cerita yang ingin diceritakan, tapi maaf belum bisa terekspos di sini, masih ada kesibukan yang lain hahaha.

Gitu aja ceritanya, semoga bisa diambil hikmah dari cerita itu hahaha. Kalau nggak jadi tim redaksi nggak punya cerita itu kok. Ini yang penting, cari pengalaman dari siapa dan dimanapun kamu berada. Oke. [Ana Aminatul Aliyah/ penyelaras: Suhadi]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama