Informasi Tentang Diponegoro

Informasi Tentang Diponegoro

Berikut ini beberapa sumber bacaan tematik "Pangeran Diponegoro".
Selamat membaca....!!!

Peneliti "Sejarah Pangeran"

Penelitian Carey—sapaan akrabnya—telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...

Diponegoro dalam Interpretasi

Selama lebih dari 40 tahun dalam hidupnya, Peter Brian Ramsey Carey, mendedikasikan diri untuk meneliti sejarah perang Jawa (1825-1930), termasuk sisi detail kehidupan Pangeran Diponegoro. Penelitian Carey –sapaan akrabnya– telah menjadi teks referensi bagi para sejarawan hingga akademisi di seluruh dunia. Tidak salah jika sejarawan asal Inggris itu kemudian dianugerahi Sanghyang Kamahayanikan oleh penyelenggara Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2014 di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selengkapnya klik link berikut ini ...

Diponegoro

Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan nama Diponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia. Selengkapnya klik link berikut ini ...

Tujuh Kebiasaan Pangeran 

Kendati sering mengidentifikasi dirinya sebagai Arjuna, Diponegoro tentu tak setampan tokoh pewayangan itu. Namun, Diponegoro cukup enak dipandang mata. Dia seperti punya daya tarik pribadi yang kuat yang membuatnya menawan di mata kaum perempuan. Dia sendiri mengakui salah satu dari sifat-sifat yang mengganggu (sipat ngaral) di masa mudanya adalah sering mudah tergoda perempuan. Selama Perang Jawa, dia menganggap salah satu penyebab kekalahan terbesarnya di Gowok pada 15 Oktober 1826 karena sebelum pertempuran dia tidur dengan perempuan Tionghoa (nyonyah Cina), yang bukan istri resmi, bukan pula selir, tapi tawanan perang yang dijadikan tukang pijat. Selengkapnya klik link berikut ini ...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama