Tulisan ini disemangati dari curhatan teman-teman guru yang kurang semangat mengajar karena tidak memiliki fasilitas kelas yang lengkap. Entah keyakinan apa yang telah menghantui mereka, karena mereka meyakini, fasilitas ruang kelas yang tidak lengkap dengan perabot elektronik, tidak bakalan mencetak siswa yang berprestasi. Bagi Penulis, keyakinan tersebut adalah preseden buruk yang menghantui lompatan hasil belajar sekolah yang minim fasilitas. Berangkat dari hal di atas, tulisan ini muncul.
Ada dua hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini. Pertama, hal-hal yang mendorong terbentuknya konstruksi sosial bahwa sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang berlimpah bergedung dan fasiltias kelas serta laboratorium yang mewah. Kedua, alternatif model pembelajaran bagi sekolah yang terbatas akan sarana dan prasarana. Bagian pertama, mengulas tentang politik akreditasi dan guru yang malas. Bagian kedua, mengulas tentang model kunjungan lapangan sebagai alternatif untuk mendorong sekolah-sekolah yang terbatas fasilitas ruang kelas dan media pembelajarannya, dapat memberi layanan pendidikan yang terbaik bagi masyarakat nantinya.
Selengkapnya klik tautan ini tautan
Selengkapnya klik tautan ini tautan
Sumber: http://www.kompasiana.com/es_lodheng/kunjungan-lapangan_587fd22d02b0bd911f24b23d